Thursday 21 May 2015

REVOLUSI SOSIAL DI SUMATERA TIMUR (1)







Revolusi sosial ini bermula pada 3Maret/Mach 1946 malam di Brastagi, dengan PKI, Pesindo dan PNI yang mayoritas orang Jawa menangkap 17 Raja Urung dan Sibayak serta mengasingkan mereka keAceh Tengah. Raja Panai serta keluarganya juga ditangkap dan dijarah hartanya,Bangsawan serta Datok Tumenggung di Penggal Kepalanya.

Raja Raya dibunuh,disembelih di jembatan besar. Raja Purba dan Raja Silimakuta dilindungi TKR(Tentara Keamanan Rakyat), tapi rumah dan ahli keluarganya tak lepas darihajaran PKI dan Pesindo, semua di bunuh, ada yang di bakar hidup-hidup dan adayang di Penggal kepalanya .



Sultan Sya’ibun Abdul Jalil Rahmat Syah bin Muhammad Husin II. Beliau satu satunya Keturunan Sultan Asahan yang selamat dari Revolusi Sosial, Sultan Su’ibun selamat dan menyerahkan diri kepada Pemerintah Republik Indonesia di Pematang Siantar. Beliau mangkat 17 April 1980 di Medan dan dimakamkan di kompleks Masjid Raya Tanjung Balai.

Begitu juga nasib Kesultanan Melayu Asahan.Semua ahli keluarga dan harta benda Kesultanan Melayu Asahan dibunuh, dipenggal dan ditikam di luar istana. Sultan Asahan berjaya selamat, beliauberlindung pada sebuah pos tentara Jepang/Jepun. Ahli laskar PersatoeanPerdjoeangan (PP), yang ditubuhkan oleh Tan Malaka, dan Persatuan Ulama SeluruhAceh (PUSA) menyerang istana Sultan Melayu Deli, Istana di tembak, tapi Sultanberjaya selamat. Mereka mengambil alih ladang minyak dan kebun karet/getah.Tapi Inggris melancarkan serangan dan memporak porandakan pendukung republik.

Lima kedatukan Melayu Labuan Batu jugadiserang. Sultan Kualuh hilang, mungkin beliau di seksa dan di bunuh lepas tujasadnya dibuang ke sungai. Tengku Hasnan, Tengku Long, serta seluruhkeluarganya dipenggal kepalanya.

Istana Sultan Melayu Deli dilindungi oleh pasukan Inggris, sehingga banyak ahli keluarga sultan selamat, tapi Bangsawan,datuk, wan dan warga Melayu deli di luar istana Banyak di Bunuh. Sultan Melayu Serdang dan Kerapatan Istana lain hanya ditahan di istananya di Perbaungan dalam keadaan baik. Karena Sultan Serdang dipandang lebih berpihak pada Republik sejak awalnya, sehingga banyak orang yang melindungi dan menjaga Istananya.



Pangeran Tengku Kamil, Ahli Keluarga Kesultanan Langkat.
Beliau wafat setelah di tebas parang kepalanya

Sementara itu, Sultan Melayu Langkat tidak meminta perlindungan Sekutu maupun Jepang/Jepun karena ada jaminan dari dr. M.Amir Syarifuddin, Wakil Gubernur Sumatera Utara. tapi, ternyata pasukan Pesindo menangkapi 21 orang ahli istana, termasuk Tengku Amir Hamzah, Pahlawan dan Pujangga Negara. Istana Sultan Langkat baik yang di Tanjung Pura maupun yang dikota Binjai diserbu dan dirompak.

Bangsawan-bangsawan Langkat ditangkap dan sebagian besar dibunuh dengan kejam termasuk pujangga besar Tengku Amir Hamzah,puteri-puteri Sultan Langkat diperkosa.dirogol dan yang lebih memilukan lagi perkosaan/perogolan di depan mata ayahanda , sang Sultan Langkat, dan putramah kota yang masih belia hilang tak tau rimbanya hingga kini, ini dilakukan oleh Marwan dan kawan-kawannya, mereka dari PKI. hampir seluruh Tengku, Datuk,Wan dan semua ahli Istana mati di bunuh.. Kesultanan Melayu Langkat yang paling banyak mati di bunuh PKI dan Pesindo.



Revolusi Sosial di kesultanan Langkat 9 maret 1946



Laskar kesultanan Langkat




ISTANA SULTAN MELAYU LANGKAT DI TANJUNGPURA LANGKAT – SUMATERA UTARA. Istana ini dibakar pada Revolusi Sosial pada Maret 1946. Tampak Keramaian dalam perayaan dimasa kesultanan. Orang-Orang Besar Istana, Pengawal dan Masyarakat memenuhi halaman istana. Tampak Payung-payung tanda kebesaran

Tengku-tengku di Asahan yang laki-laki semua dibunuh termasuk isteri Tengku Musa dan anaknya.
Begitu juga raja raja Simalungun, Mandailing dan Tanah Karo. Bahkan yang lebih ganas lagi pembantaian di Simalungun. Pembunuhan terhadap kaum bangsawan terjadi secara massal, ada juga yang di benamkan di Laut, kepalanya dipotong, di kubur hidup-hidup dan berbagai pembunuhan sadis lainnya, di lakukan oleh massa dari PKI. Bahkan ada juga kaum melayu bukan bangsawan mati dibantai. yang paling mengerikan pembantaian Raja-raja Simalungun Oleh Barisan
Harimau Liar (BHL).

Raja Muda Tanoh Jawa Tuan Omsah Sinaga dan saudaranya raja Tanoh Jawa Tuan Kaliamsyah Sinaga selamat dari penculikan BHL (Barisan Harimau Liar) dan mereka tinggal di Pematangsiantar. Tetapi saudaranyaTuan Dolog Panribuan Tuan Mintahain Sinaga dan puteranya raja muda Tuan Hormajawa Sinaga (ayah Mayor Jatiman Sinaga) tewas dibunuh BHL beberapa bulan kemudian, yaitu 16 Agustus 1946. Menurut Killian Lumbantobing, mayatnya dicincang dan dicampur dengan daging kerbau serta disuguhkan untuk santapan pasukan BHL. Menurut Tuan Gindo Hilton Sinaga
masih banyak korban revolusi sosial di Tanoh Jawa yang masih belum terungkap.




Istana Kesultanan Asahan

Revolusi sosial menghasilkan begitu banyak pembunuhan, pembantaian, dan kekacauan. Seorang menteri dari kalangan republikan yang tak punya portofolio dan wakil gubernur Sumatera, yang berasal dari luar Sumatera, justru bertindak sebagai promotor. Selama terjadinya revolusi sosial, ratusan orang-orang penting dan intelektual Sumatra Timur dibantai dengan cara mengerikan.

Kekacauan dan penjarahan meledak. Ratusan pribumi ditangkap dan dijebloskan di kamp-kamp,
betapa pun selama lebih dari satu tahun penyelidikan yuridis telah membuktikan bahwa mereka tidak bersalah. Sebuah dokumen Belanda memperkirakan bahwa revolusi sosial ’46 ini menelan korban pembunuhan sebanyak 1200 orang di Asahan.

Belum lagi terhitung di daerah lainnya. Pribumi mulai menyaksikan banyak penduduk hidup dalam kemiskinan dan menderita kelaparan justru di wilayah yang begitu kaya.

Itulah mengapa orang Sumatera Timur, sesuai dengan prinsip dan kesadaran, sebagaimana yang ditetapkan dalam perjanjian Linggarjati, menginginkan kemerdekaan.

Kondisi kaum masyarakat Melayu,Karo dan Simalungun yang mengenaskan, kecemasan orang-orang China dan India, serta orang-orang Indonesia yang kelaparan dan merasa kecewa akibat Republik, sentimen negatif kepada orang Jawa, Ambon, Aceh dan Batak Toba mulai banyak terlihat. Mulailah mereka membenci kaum pendatang atau disebut orang luar, dan dimulailah pembentukan Negara Tandingan, Negara yang lepas dari Jawa dan Batak (Tapanuli) , terbentuklah Negara Sumatera Timur.

Tidak berapa lama setelah pergantian Kapten Tengku Nurdin, penggantinya yang baru di Batalion III , menangkap semua kaum bangsawan Melayu di beberapa daerah termasuk perempuan dan anak-anak ditangkap dan dibawa ke perkampungan (Concentration camp) di Simalungun dan Tanah Karo.

Kaum non-pribumi pun tak lepas dari pembantaian, China dan India banyak menjadi korban keganasan Revolusi Sosial. Kaum bangsawan dinista dan dicacimaki sebagai orang bodoh dan pemalas serta berada di dalam kemiskinan dan tidak mendapat bantuan Negara dan di negerinya sendiri.

Dua generasi orang Melayu hampir kehilangan identitas mereka. Mereka takut mengaku Melayu, takut memakai baju teluk belanga dan menambah gelar marga Batak di depan namanya supaya boleh masuk sekolah atau diterima di kantor pemerintahan.

 Mereka menghilangkan gelar Tengku, Wan, OK dan Datuk karena takut dicaci sebagai feodal,
bahkan kaum Melayu yang bukan bangsawan tetapi bekerja dengan para Sultan dan Tengku pun tak luput.

Banyak dari mereka pergi hijrah ke Semenanjung Malaya, terutama di Kedah dan Perak karena masih erat hubungan kekerabatan. sebagian pergi ke Belanda.

Amir Syarifuddin langsung dikirim ke Medan untuk secepatnya mempelajari laporan dan mengatasi keadaan mendesak agar tidak menimbulkan citra buruk terhadap eksistensi Indonesia secara nasional. Pimpinan TKR, Ahmad Tahir, mengambil alih pemerintahan untuk mengatasi suasana. Namun, ratusan “Tengku” telah terlanjur tinggal nama di Sumatera Timur, mati terpenggal dan hangus terbakar.

Kontroversi : kalau kita baca di buku buku sejarah maupun wikipedia, tentunya kita baca kalau penyebab revolusi sosial di akibatkan oleh Meletusnya revolusi sosial di Sumatera Utara tidak terlepas dari sikap sultan-sultan, raja-raja dan kaum feodal pada umumnya, yang tidak begitu antusias terhadap kemerdekaan Indonesia. Betul kah ?? mungkin ada betulnya, karna siapa sih yang gak mau kekuasaan ?? tapi ada juga tidak betulnya… kalau di tanya kepada masyarakat melayu di pesisir timur sumatera utara, mereka menjawab

 ;
“Tiadalah sultan berbuat silap, daulat sultan mempertahankan kedaulatan melayu , dan itu memanglah lah tugasnya, begitu juga raja-raja (sumatera timur) lainnya, tapi tak semua kaum yang berakyat di negerinya adalah rakyatnya, adakah daulat melayu tampak sekarang ??”


bersambung…………………


No comments:

Post a Comment